November 28, 2009

sang Ayah

Biasanya,
bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja di perantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya. Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.

Lalu bagaimana dengan Papa?
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaan, tapi tahukah kamu, bahwa Papa yang mengingatkan Mama untuk menelponmu? Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil. Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu. Kemudian Mama bilang, "Jangan dulu, jangan dilepas dulu roda bantunya". Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah kamu? Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama. Karena dia tahu putri kecilnya pasti bisa.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba. Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas, "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang". Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata, "Sudah dibilang! Jangan minum air dingin!". Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja. Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak usah!". Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat luar biasa berharga. Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu. Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama. Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia harus menjagamu?

Ketika seorang cowok mulai sering menelponmu atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia. Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut. Ketika melihat putrinya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa menyambutmu dengan wajah kusam. Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang sangat ditakuti Papa akan segera datang, bahwa putri kecilnya perlahan namun pasti akan pergi meninggalkannya?

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur atau yang dipilihkannya. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti. Tapi toh Papa tetap tersenyum, meskipun getir dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa.

Ketika kamu menjadi gadis dewasa. Dan kamu harus pergi kuliah di kota lain. Papa harus melepasmu pergi. Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini-itu dan menyuruhmu untuk berhati-hati. Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu. Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik". Papa melakukan itu semua agar kamu kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Di saat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan. Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak. Nati dulu atau sabar dulu" Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, pasti Papa usahakan untukmu". Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "Putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin. Karena Papa tahu. Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya. Saat Papa melihatmu duduk di pelaminan bersama seorang lelaki yang dianggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia. Ingatlah kata-katanya, "Jadilah istri yang baik". Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi sejenak menghindari keramaian sebentar dan menangis? Papa menangis karena papa sangat berbahagia ketika kemudian berdoa, "Syukur ya Allah tugasku telah selesai dengan baik. Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik. Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang telah dan semakin memutih. Dengan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya. Papa telah menyelesaikan tugasnya.

Papa, Papi, Ayah, Bapak atau Abah kita. Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat. Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis. Dia harus terlihat tegas, bahkan saat dia sebenarnya sangat ingin memanjakanmu. Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "Kamu Bisa" dalam segala hal. Tersenyum dan bersyukurlah ketika kamu bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah hingga tugasnya selesai.

Dan katakanlah sekarang, Thank you Dad...